PutraID - Salawu | Tokopedia: Belanja online aman dan nyaman dari PutraID - Toko baru serba ada
Sunday, 12 August 2018
Friday, 6 January 2017
Tuesday, 16 June 2015
- 1:06:00 pm
- AGUS
- No comments
Basis data adalah sekumpulan data yang saling berhubungan dan mendiskripsikan aktivitas satu organisasi atau institusi. Basis data merupakan media penampung dan pengolah data yang dimasukkan oleh pengguna dalam satu sistem informasi. Ruang lingkup mata pelajaran basis data ini ialah pengenalan Microsoft Access sebagai salah satu contoh aplikasi Database Management System (DBMS) yang cukup sederhana namun sangat lengkap fiturnya untuk menampung, mengelola dan menyajikan data.
Topik materi yang dipelajari dalam mata pelajaran ini antara lain adalah: pengenalan obyek-obyek utama dalam DBMS Microsoft Access, fitur-fitur visual untuk mengelola data, pengenalan jenis-jenis query, pengenalan function-function pada query, fitur-fitur untuk membuat form dan report, integrasi dari semua obyek dalam DBMS. Topik pengenalan obyek-obyek utama dalam Microsoft Access menjelaskan beberapa hal yaitu, definisi dan pembuatan tabel, definisi dan pembuatan form secara wizard, definisi dan pembuatan report secara wizard serta defisni dan pembuatan query sederhana menggunakan design view. Topik tentang fitur visual pembuatan obyek basis data mempelajari tentang penggunaan fitur design view untuk membuat form dan report yang lebih fleksibel disesuikan dengan kebutuhan pengguna. Topik tentang jenis-jenis query menjelaskan tentang berbagai jenis query, penggunaan function dan parameter pada query. Topik penggunaan obyek untuk masukan (input) dan menampilkan data (output) menjelaskan tentang sub form dan sub report. Sedangkan topik integrasi obyek mempelajari tentang fitu-fitur dalam DBMS untuk mengintergrasikan semua obyek dalam basis data.
Topik materi yang dipelajari dalam mata pelajaran ini antara lain adalah: pengenalan obyek-obyek utama dalam DBMS Microsoft Access, fitur-fitur visual untuk mengelola data, pengenalan jenis-jenis query, pengenalan function-function pada query, fitur-fitur untuk membuat form dan report, integrasi dari semua obyek dalam DBMS. Topik pengenalan obyek-obyek utama dalam Microsoft Access menjelaskan beberapa hal yaitu, definisi dan pembuatan tabel, definisi dan pembuatan form secara wizard, definisi dan pembuatan report secara wizard serta defisni dan pembuatan query sederhana menggunakan design view. Topik tentang fitur visual pembuatan obyek basis data mempelajari tentang penggunaan fitur design view untuk membuat form dan report yang lebih fleksibel disesuikan dengan kebutuhan pengguna. Topik tentang jenis-jenis query menjelaskan tentang berbagai jenis query, penggunaan function dan parameter pada query. Topik penggunaan obyek untuk masukan (input) dan menampilkan data (output) menjelaskan tentang sub form dan sub report. Sedangkan topik integrasi obyek mempelajari tentang fitu-fitur dalam DBMS untuk mengintergrasikan semua obyek dalam basis data.
- 12:57:00 pm
- AGUS
- No comments
Jenis dan Pendekatan Kritik
Berdasarkan prosedur atau landasan kerja, jenis atau tipe kritik
seni terdiri dari:
1. Kritik Jurnalistik
Kritik ini isinya mengandung aspek pemberitaan. Tujuannya
memberikan informasi tentang berbagai peristiwa musik, baik
pertunjukan maupun rekaman. Biasanya ditulis dengan ringkas
karena untuk keperluan surat kabar atau majalah. Sem C. Bangun
menyatakan, bahwa “kewajiban seorang kirtikus jurnalistik adalah
memuaskan rasa ingin tahu para pembaca yang beragam dan untuk
menyenangkan perasaan mereka (2011:8)
2. Kritik Pedagogik
Kritik ini diterapkan oleh pengajar kesenian dalam lembaga
pendidikan. Tujuan kritik ini adalah untuk mengembangkan bakat
dan dan potensi peserta didik. Ini dilakukan dalam proses belajar
mengajar dengan obyek kajian adalah karya peserta didiknya sendiri.
3. Kritik Ilmiah
Kritik ini berkembang dikalangan akademisi dengan
metodologi penelitian ilmiah, dilakukan dengan pengkajian secara
luas, mendalam dan sistematis, baik dalam menganalisis maupun
membandingkan dapat dipertanggung-jawabkan secara akademis
dan estetis. (Bangun, 2011: 11)
4. Kritik Populer
Kritik yang dilakukan secara terus menerus secara langsung
atau tidak langsung dikerjakan oleh penulis yang tidak menuntut
keahlian kritis (Bangun, 2011: 12). Ini berarti kritik yang disampaikan
bukan pada tepat tidaknya analisis dan evaluasi yang disajikan tetapi
pada kesetiaan atas suatu gaya atau jenis musik yang mereka tekuni.
Pendekatan yang umum digunakan dalam kritik seni terdiri
dari pendekatan formalistik, instrumentalistik, dan ekspresivistik.
Pendekatan berikut ini disarikan dari buku yang yang ditulis oleh
Sem. C. Bangun (2011). Pendekatan dapat diartikan dasar pijakan
kritikus dalam menyusun kerangka berpikirnya atau caranya
menyajikan kritik.
Berdasarkan prosedur atau landasan kerja, jenis atau tipe kritik
seni terdiri dari:
1. Kritik Jurnalistik
Kritik ini isinya mengandung aspek pemberitaan. Tujuannya
memberikan informasi tentang berbagai peristiwa musik, baik
pertunjukan maupun rekaman. Biasanya ditulis dengan ringkas
karena untuk keperluan surat kabar atau majalah. Sem C. Bangun
menyatakan, bahwa “kewajiban seorang kirtikus jurnalistik adalah
memuaskan rasa ingin tahu para pembaca yang beragam dan untuk
menyenangkan perasaan mereka (2011:8)
2. Kritik Pedagogik
Kritik ini diterapkan oleh pengajar kesenian dalam lembaga
pendidikan. Tujuan kritik ini adalah untuk mengembangkan bakat
dan dan potensi peserta didik. Ini dilakukan dalam proses belajar
mengajar dengan obyek kajian adalah karya peserta didiknya sendiri.
3. Kritik Ilmiah
Kritik ini berkembang dikalangan akademisi dengan
metodologi penelitian ilmiah, dilakukan dengan pengkajian secara
luas, mendalam dan sistematis, baik dalam menganalisis maupun
membandingkan dapat dipertanggung-jawabkan secara akademis
dan estetis. (Bangun, 2011: 11)
4. Kritik Populer
Kritik yang dilakukan secara terus menerus secara langsung
atau tidak langsung dikerjakan oleh penulis yang tidak menuntut
keahlian kritis (Bangun, 2011: 12). Ini berarti kritik yang disampaikan
bukan pada tepat tidaknya analisis dan evaluasi yang disajikan tetapi
pada kesetiaan atas suatu gaya atau jenis musik yang mereka tekuni.
Pendekatan yang umum digunakan dalam kritik seni terdiri
dari pendekatan formalistik, instrumentalistik, dan ekspresivistik.
Pendekatan berikut ini disarikan dari buku yang yang ditulis oleh
Sem. C. Bangun (2011). Pendekatan dapat diartikan dasar pijakan
kritikus dalam menyusun kerangka berpikirnya atau caranya
menyajikan kritik.
- 12:56:00 pm
- AGUS
- No comments
Pengertian, Fungsi dan Tujuan Kritik Musik
Secara etimologis, kritik berasal berasal dari kata Yunani
“Krinein” yang artinya memisahkan, merinci. Dalam kenyataan
yang dihadapinya, orang membuat pemisahan, perincian, antara
nilai dan bukan nilai, arti dan yang bukan arti, baik dan jelek
(Kwant, 1975:12). Dengan pengertian ini, dapat dilihat bahwa
dalam melakukan kritik musik ada obyek yang dikritik dan ada
orang yang mengkritik, yang disebut kritikus.
24 kelas XI SMA/SMK/MA/MAK semester 2
Obyek yang dikritik dalam musik tentu saja terutama karya
musik yang sedang dicermati. Karya musik itu umumnya memiliki
gagasan (keindahan) bunyi atau pesan yang ingin disampaikan oleh
penciptanya. Gagasan berupa nilai keindahan itulah yang akan
dikritisi. Oleh karena karya tersebut ada orang yang menciptanya,
maka gagasan dari penciptanya yang paling utama dianalisis. Oleh
karena itu pula gagasan atau ide musik itu biasanya berupa hasil
olahan perasaan dan pikiran penciptanya terhadap sesuatu, maka
hal-hal yang mendorong timbulnya gagasan tersebut yang dikaji
lebih mendalam.
Suatu karya musik yang telah tercipta, umumnya
memerlukan mediator atau penyaji agar dapat dinikmati oleh
pendengarnya. Fungsi sebagai mediator ini pula yang mendapat
perhatian dalam kritik musik. Bagaimana penyaji menyampaikan
suatu karya musik kepada pendengar? Apakah sudah sesuai
dengan jiwa musik dari penciptanya? Dengan demikian kritik
musik itu dapat menambah pemahaman bagi pencipta, pelaku
atau penyaji musik dan bagi masyarakat musik itu sendiri.
Pemahaman yang dimaksud di atas adalah pemahaman
akan nilai-nilai keindahan yang terkandung dalam karya musik.
Kwant (1975: 19) mengatakan, bahwa “karena berkisar pada
nilai-nilai, maka kepekaan terhadap nilai harus memegang
peranan pokok dalam kritik. Kalau kepekaan terhadap nilai itu
tidak ada, kritik menjadi tanpa respek”. Dengan kata lain, kritik
berfungsi sebagai penilaian atas nilai. Nilai-nilai yang diungkap
melalui kritik itu pula yang berguna bagi masyarakat.
Sem C. Bangun mengatakan, bagi masyarakat kritik seni
berfungsi sebagai memperluas wawasan. Bagi seniman kritik tampil
sebagai ‘cambuk’ kreativitas (Bangun 2011: 3). Melalui pernyataan
tersebut jelaslah bagi kita, bahwa kritik memiliki dampak yang baik
bagi perkembangan musik itu sendiri dan bagi masyarakatnya. Jadi
ada hubungan yang erat suatu kritk musik dengan orang-orang
yang terlibat dalam dunia keindahan musik itu.
Secara etimologis, kritik berasal berasal dari kata Yunani
“Krinein” yang artinya memisahkan, merinci. Dalam kenyataan
yang dihadapinya, orang membuat pemisahan, perincian, antara
nilai dan bukan nilai, arti dan yang bukan arti, baik dan jelek
(Kwant, 1975:12). Dengan pengertian ini, dapat dilihat bahwa
dalam melakukan kritik musik ada obyek yang dikritik dan ada
orang yang mengkritik, yang disebut kritikus.
24 kelas XI SMA/SMK/MA/MAK semester 2
Obyek yang dikritik dalam musik tentu saja terutama karya
musik yang sedang dicermati. Karya musik itu umumnya memiliki
gagasan (keindahan) bunyi atau pesan yang ingin disampaikan oleh
penciptanya. Gagasan berupa nilai keindahan itulah yang akan
dikritisi. Oleh karena karya tersebut ada orang yang menciptanya,
maka gagasan dari penciptanya yang paling utama dianalisis. Oleh
karena itu pula gagasan atau ide musik itu biasanya berupa hasil
olahan perasaan dan pikiran penciptanya terhadap sesuatu, maka
hal-hal yang mendorong timbulnya gagasan tersebut yang dikaji
lebih mendalam.
Suatu karya musik yang telah tercipta, umumnya
memerlukan mediator atau penyaji agar dapat dinikmati oleh
pendengarnya. Fungsi sebagai mediator ini pula yang mendapat
perhatian dalam kritik musik. Bagaimana penyaji menyampaikan
suatu karya musik kepada pendengar? Apakah sudah sesuai
dengan jiwa musik dari penciptanya? Dengan demikian kritik
musik itu dapat menambah pemahaman bagi pencipta, pelaku
atau penyaji musik dan bagi masyarakat musik itu sendiri.
Pemahaman yang dimaksud di atas adalah pemahaman
akan nilai-nilai keindahan yang terkandung dalam karya musik.
Kwant (1975: 19) mengatakan, bahwa “karena berkisar pada
nilai-nilai, maka kepekaan terhadap nilai harus memegang
peranan pokok dalam kritik. Kalau kepekaan terhadap nilai itu
tidak ada, kritik menjadi tanpa respek”. Dengan kata lain, kritik
berfungsi sebagai penilaian atas nilai. Nilai-nilai yang diungkap
melalui kritik itu pula yang berguna bagi masyarakat.
Sem C. Bangun mengatakan, bagi masyarakat kritik seni
berfungsi sebagai memperluas wawasan. Bagi seniman kritik tampil
sebagai ‘cambuk’ kreativitas (Bangun 2011: 3). Melalui pernyataan
tersebut jelaslah bagi kita, bahwa kritik memiliki dampak yang baik
bagi perkembangan musik itu sendiri dan bagi masyarakatnya. Jadi
ada hubungan yang erat suatu kritk musik dengan orang-orang
yang terlibat dalam dunia keindahan musik itu.
- 12:55:00 pm
- AGUS
- No comments
Bahasa Estetik Posmodernisme
Wacana estetik posmodern mencerminkan bahwa tanda dan
makna pada estetika posmodern bersifat tidak stabil, mendua,
dan plural (polysemy). Dalam wacana ini, lebih ditekankan pada
permainan tanda, keterpesonaan pada permukaan dan diferensi,
ketimbang makna-makna ideologis yang bersifat stabil dan abadi.
Bahasa estetik posmodern bersifat hiperriil dan ironik yang
meliputi (1) Pastiche adalah karya sastra, seni atau arsitektur yang
disusun dari elemen-elemen yang dipinjam dari berbagai pengarang,
seniman atau arsitek dari masa lalu. Dalam mengimitasi karya masa
lalu dalam rangka menghargai dan mengapresiasi seni. Sebagai karya
yang mengandung unsur pinjaman pastiche mempunyai konotasi
negatif sebagai miskin orisinalitas. Di samping itu pastiche adalah
satu bentuk imitasi yang tanpa beban kritik dan perang menentang
kemajuan serta sejarah, sebab sejarah tak dapaat diulangi. Pastiche
juga dikatakan sebagai penggunaan topeng bahasa pengungkapan
yang telah mati. (2) Parodi adalah sebuah komposisi dalam karya
sastra, seni atau arsitektur yang di dalamnya kecenderungan
pemikiran dan ungkapan khas dalam diri seorang pengarang,
seniman, arsitek, atau gaya tertentu diimitasi (imitasi yang ditandai
oleh kecenderungan ironik) sedemikian rupa untuk membuatnya
humoristik atau absurd. Efek-efek kelucuan dan absurditas biasanya
dihasilkan dari distorsi atau plesetan ungkapan yang ada. Melalui
konteks ini penggunaan kembali karya masa lalu yang dimuati
dengan ruang kritik yang menekankan perbedaan ketimbang
persamaan. Titik berangkat parodi bukanlah penghargaan, akan
tetapi kritik, sindiran, kecaman, sebagai ugkapan rasa tidak puas
atau sekedar menggali rasa humor dari karya rujukan yang bersifat
serius. (3) Kitch berakar dari bahasa Jerman verkitchen (membuat
murahan) dan kistchen berarti memungut sampah dari jalanan.
Kitch dalam bahasa estetik posmodern sering ditafsirkan sebagai
sampah aristik atau sering pula didefinisikan sebagai selera rendah
karena lemahnya ukuran atau kriteria estetik. Strategi Kitch adalah,
mengkopi elemen-elemen gaya dari seni tinggi atau objek seharihari
untuk kepentingan sendiri, yang produksinya didasari pada
semangat memassakan atau mendemitosasi seni tinggi. (4) Camp
adalah satu bentuk dandysme (tanpa identitas seks), dan karenanya
menyanjung tinggi kevulgaran. Camp sering menekankan dekorasi,
tekstur, permukaan sensual, dan gaya, dengan mengorbankan
isi. Camp juga anti antagonisme seksual: maskulin/feminin. (5)
Skizophrenia didefinisikan sebagai putusnya rantai pertandaan, yaitu
rangkaian sintagmatis penanda yang bertautan dan membentuk satu
ungkapan atau makna. Dalam konteksnya semua kata atau penanda,
gambar, teks, atau objeknya dapat digunakan untuk menyatakan
suatu konsep atau petanda (Piliang, 1995: 39-41).
Wacana estetik posmodern mencerminkan bahwa tanda dan
makna pada estetika posmodern bersifat tidak stabil, mendua,
dan plural (polysemy). Dalam wacana ini, lebih ditekankan pada
permainan tanda, keterpesonaan pada permukaan dan diferensi,
ketimbang makna-makna ideologis yang bersifat stabil dan abadi.
Bahasa estetik posmodern bersifat hiperriil dan ironik yang
meliputi (1) Pastiche adalah karya sastra, seni atau arsitektur yang
disusun dari elemen-elemen yang dipinjam dari berbagai pengarang,
seniman atau arsitek dari masa lalu. Dalam mengimitasi karya masa
lalu dalam rangka menghargai dan mengapresiasi seni. Sebagai karya
yang mengandung unsur pinjaman pastiche mempunyai konotasi
negatif sebagai miskin orisinalitas. Di samping itu pastiche adalah
satu bentuk imitasi yang tanpa beban kritik dan perang menentang
kemajuan serta sejarah, sebab sejarah tak dapaat diulangi. Pastiche
juga dikatakan sebagai penggunaan topeng bahasa pengungkapan
yang telah mati. (2) Parodi adalah sebuah komposisi dalam karya
sastra, seni atau arsitektur yang di dalamnya kecenderungan
pemikiran dan ungkapan khas dalam diri seorang pengarang,
seniman, arsitek, atau gaya tertentu diimitasi (imitasi yang ditandai
oleh kecenderungan ironik) sedemikian rupa untuk membuatnya
humoristik atau absurd. Efek-efek kelucuan dan absurditas biasanya
dihasilkan dari distorsi atau plesetan ungkapan yang ada. Melalui
konteks ini penggunaan kembali karya masa lalu yang dimuati
dengan ruang kritik yang menekankan perbedaan ketimbang
persamaan. Titik berangkat parodi bukanlah penghargaan, akan
tetapi kritik, sindiran, kecaman, sebagai ugkapan rasa tidak puas
atau sekedar menggali rasa humor dari karya rujukan yang bersifat
serius. (3) Kitch berakar dari bahasa Jerman verkitchen (membuat
murahan) dan kistchen berarti memungut sampah dari jalanan.
Kitch dalam bahasa estetik posmodern sering ditafsirkan sebagai
sampah aristik atau sering pula didefinisikan sebagai selera rendah
karena lemahnya ukuran atau kriteria estetik. Strategi Kitch adalah,
mengkopi elemen-elemen gaya dari seni tinggi atau objek seharihari
untuk kepentingan sendiri, yang produksinya didasari pada
semangat memassakan atau mendemitosasi seni tinggi. (4) Camp
adalah satu bentuk dandysme (tanpa identitas seks), dan karenanya
menyanjung tinggi kevulgaran. Camp sering menekankan dekorasi,
tekstur, permukaan sensual, dan gaya, dengan mengorbankan
isi. Camp juga anti antagonisme seksual: maskulin/feminin. (5)
Skizophrenia didefinisikan sebagai putusnya rantai pertandaan, yaitu
rangkaian sintagmatis penanda yang bertautan dan membentuk satu
ungkapan atau makna. Dalam konteksnya semua kata atau penanda,
gambar, teks, atau objeknya dapat digunakan untuk menyatakan
suatu konsep atau petanda (Piliang, 1995: 39-41).
Subscribe to:
Posts (Atom)